Perlukah Anak TK ikut Les?
Kemajuan dibidang teknologi sekarang ini mendorong orang tua untuk berpikir lebih maju untuk anaknya. Namun jika pemngetahuan tentang perkembangan anak kurang maka sering orang tua memakasakan sesuatu yang belum saatnya untuk anak. Kebutuhan CALISTUNG, Baca Tulis dan Hitung masih sebagai tolok ukur pertama bagi orang tua. Tanpa melihat aspek perkembangan anak, Tanpa memahami keterbatasan anak, tan bahkan menghilangkan kasih sayang dan sopan santun hanya untuk mengejar bisa baca tulis dan hitung.
Muncul adanya les lesan untuk membaca, les lesan untuk berhitung bahkan les lesan yang hanya menekankan pada salah satu aspek saja. Orang tua dengan upaya maksimal menginginkan anaknya agar cepat bisa membaca, dengan sedikit paksaan, dan ancaman yang akan mengakibatkan perkembangan anak terganggu. Ini juga akan dapat mengakibatkan hubungan antara anak jadi tidak harmonis, padahal pada saat usia 0 sampai 6 tahun anak adalah pada usia raja. Anak kita sangat butuh kasih sayang, butuh perhatian dan sangat butuh motivasi untuk belajar apapun.
Pagi ini saya melihat cerianya anak anak untuk belajar banyak hal, bukan hanya calistung. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan bermain sambil belajar di sekolah. Ditanamkan kebiasaan kebiasaan baik, ditanamkan kejujuran, di tanamkan akhlak yang mulia, dan bersosialisai, tentunya ini ada di sekolah. Lantas perlukah LES?
Orang tua seharusnya lebih bisa bekerjasama dengan guru yang ada disekolah tempat anak anaknya bermain. Guru yang ada disekolah mengikuti perkembangan anak didiknya, dari belum bisa bicara, kemudian berbicara tertatih tatih, sampai bisa mengucapkan “terimakasih mah…..”. Dari permulaan ketika belum mandiri, masih suka menangis, takut dengan temannya, takut bersosialisasi kemudian sampai bisa bermain bersama dengan temannya, bisa saling berbagi dengan temannya, kemudian bisa saling mengucapkan maaf bila salah dan memberi maaf pada temannya, apa ini bukan perkembangan yang sangat luar biasa ma?. Ini pentingnya parenting di sekolah.
ini perkembangan yang sangat luar biasa. Tugas orang tua memotivasi, memberi dorongan bukan hanya mencaci maki ketika masih ada keterbatasan untuk anak kita. Sangat mulia ibu sang penemu listrik, yang selalu memotivasi anaknya untuk sukses, tidak pernah mencela ketika percobaan dari anaknya gagal. Sang ibu selalu memberi dorongan untuk sukses, tidak pernah memarahi ketika anaknya salah dalam bereksperimen, dan akhirnya menjadi orang sukses besar didunia ini.
Sekolah mengajarkan secara menyeluruh, dari akhlak yang mulia, kebiasaan baik, mengembangkan berbagai kecerdasan, salah satunya adalah menstimulus untuk membaca, menulis dan berhitung, itupun dengan melihat kemam[uan tumbuh kembang anak. Berbeda dengan Les lesan yang hanya berfokus pada Bisa Baca, Bisa Nullis dan Bisa Hitung saja. Kalau hanya itu yang di tuju, barangkali salah kalau memasukkan ke sekolah yang mempunyai sistem dan visi misi. Cukup hanya di les kan saja.
Bila ada kendala disekolah, silakan langsung berkonsultasi dengan guru yang ada di sekolah, untuk bekerjasama menyelesaikan permasalahan untuk anaknya, bukan dengan orang lain. Bila ada kekurangan terhadap sesuatu bisa dikomunikasikan dengan pihak sekolah, pasti akan ada solusi. Sekolah yang baik juga akan terbuka, menyelesaikan kekurangan nak didiknya, ada pendampingan khusus bila memang belum mencapai target yang ditetapkan. Tentunya pencapaian target sekolah sudah matang matang dipikirkan demi tumbuh kembang anak dengan melihat banyak aspek yang berpengaruh.
Tentunya orang tua yang bijak tidak hanya menyalahkan sekolah, namun bisa bekerjasama dengan sekolah untuk tumbuh kembang putra putrinya. Sedangkan Les, ya silakan orang tua renungkan, perlukah? Atau akan hanya membuang buang uang saja dan hanya memaksa anak, anak terpaksa, dan bagaimana jika kemudian anak jadi tidak semangat atau tidak mau masuk sekolah, Siapa yang rugi?
Semoga kita menjadi orang tua yang hebat, yang bisa memotivasi dan menjadikan anak kita lebih hebat dari kita. Aamiin.
