By. Bunda dan Athallah

Sudah besar nanti mau jadi apa nak? tanyaku pada Atha salah satu calon entrepreneur cilik masa depan. Sejurus kemudian Atha mungil penuh yang  semangat dan usianya masih 2,5 tahun menjawab “Pengusaha Ayah”.

“Pengusaha Ayah” kukerutkan kepala, tapi sedetik kemudian berfikir, Ya Allah, Subhanallah kubaru teringat Ayahnya Atha, pak Djoko itu salah satu “pengusaha furniture” sukses di Semarang. Dengan kata lain si mungil Atha ini ingin meniru jejak ayahnya. Entah apa yang menjadikan Atha menjawab demikian, apa benar-benar anak ini yang usianya belum genap 3 tahun sudah paham arti kata “PENGUSAHA” atau karena dia teramat sayang dan bangga pada kedua orang tuanya.

Luar biasa, sepertinya atha mulai mengerti dan berpikir setiap kali kutanya hal yang sama pada anak lainnya yang usianya lebih besar mereka selalu menjawab dengan beraneka ragam cita-cita. Bisa jadi Atha, berpikir “Aku ingin seperti ayahku, pengusaha sukses yang sholeh dan tangguh”

Ternyata, pendidikan ENTREPRENEURSHIP bagi anak bukan omong kosong belaka.

“Setiap anak yang lahir mempunyai bakat tertentu. Diantara mereka ada yang memiliki kemampuan lebih dalam kecerdasan interpersonal, intrapersonal, dan kreatifitas. Mereka menunjukan rasa ingin tahu yang lebih terhadap usaha dan menciptakan sesuatu. Semua akan menjadi sia-sia ketika tidak mereka mendapat tempat untuk mengembangkan gagasan, keterampilan, serta keingintahuannya.”

(Bambang Trim dalam bukunya “KIDS on BUSINESS”)